Jumat, 26 Oktober 2018

Pedoman Menulis Karya Ilmiah Bebas Plagiasi

PEDOMAN MENULIS KARYA ILMIAH BEBAS PLAGIASI
SINNA SHERINA FAIRUZIA
D-IV Keperawatan Malang
sinna.fairuzia@gmail.com

Karya ilmiah mahasiswa dapat berwujud makalah, artikel, skripsi, tesis, dan disertasi. (Didin widyartono dalam researchgate). Karya ilmiah harus ditulis dengan baik dengan etika kepenulisan. Etika penulis merupakan bentuk tanggung jawab, penggunaan referensi secara adil, dan menghargai orang lain. Salah satu bentuk pelanggaran etika kepenulisan adalah plagiasi, yakni penjiplakan atau pengambilan karangan, pendapat, dan sebagainya dari orang lain dan menjadikannya seolah karangan dan pendapat sendiri. Plagiat dapat dianggap sebagai tindak pidana karena mencuri hak cipta orang lain. Orang yang melakukan plagiat dinamakan plagiator.
Selain harus terbebas dari plagiasi, karya ilmiah juga harus memperhatikan beberapa unsur, yakni :
1. Segi kebahasaan
Bahasa dikatakan oleh para ahli memiliki fungsi ganda. Di satu sisi, bahasa dapat berfungsi sebagai alat untuk menyatakan ekspresi diri, berkomunikasi dengan orang lain guna menyampaikan pikiran dan perasaan, mengadakan integrasi dan adaptasi sosial, serta mengadakan kontrol sosial guna menyampaikan pikiran dan perasaan (Keraf, 1984: 14-15)
2. Teknik dan format
3. Struktur. Dari segi kebahasaan, mahasiswa harus menggunakan kata yang sesuai dengan KBBI. Dari segi format, ditentukan penggunaan kertas A4, spasi 1, dan font pada tulisan. Pada struktur berisi judul, identitas penulis, abstrak, kata kunci, pendahuluan, subbahasan 1, subbahasan2, penutup, dan daftar rujukan.

Tidak saja bahasa penting dalam karya ilmiah melainkan juga dalam berbagai aspek kehidupan. Hal ini dipertajam oleh pandangan bahwa pertama, dalam diri manusia, bahasa, akal budi, kemampuan kerja sama, dan kebudayaan memiliki ketergayutan yang mutlak, dan dengan demikian; kedua kualitas yang satu akan menentukan kualitas yang lain (Sudaryanto, 1996: 35).
Utorodewo dkk (2007) menggolongkan hal-hal berikut sebagai tindakan plagiarisme:
(a) Mengakui tulisan orang lain sebagai tulisan sendiri
(b) Mengakui gagasan orang lain sebagai pemikiran sendiri
(c) Mengakui temuan orang lain sebagai kepunyaan sendiri
(d) Mengakui karya kelompok sebagai kepunyaan atau hasil sendiri
(e) Menyajikan tulisan yang sama dalam kesempatan yang berbeda tanpa menyebutkan asalusulnya (f) Meringkas dan memparafrasekan (mengutip tak langsung) tanpa menyebutkan sumbernya
(g) Meringkas dan memparafrasekan dengan menyebut sumbernya, tetapi rangkaian kalimat dan pilihan katanya masih terlalu sama dengan sumbernya.

                       
DAFTAR RUJUKAN
Widyartono, D. (2015). IMPELEMENTASI PINDAI PLAGIASI SECARA SAMBUNG JARING PADA KARYA TULIS ILMIAH SISWA SMA.

Nugrahani, F., Al, M. H. D. A. I., & Ma’ruf, M. (2008). Metode Penulisan Karya Ilmiah: Panduan bagi Mahasiswa, Ilmuan, dan Eksekutif.

Ilmiah, T. P. P. P. K. (2015). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Metro: UM Metro.

Santoso, H., & Sos, S. (2015). Pencegahan dan Penanggulangan Plagiarisme dalam
Penulisan Karya Ilmiah di Lingkungan Perpustakaan Perguruan Tinggi. Hari Santoso, S. Sos, 1, 1-23.

Widyartono, D. (2015). MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KUTIPAN BERBASIS BLENDED LEARNING.

Senin, 01 Oktober 2018

Keterkaitan Hand Hygiene dan Infeksi Nokomial


SINNA SHERINA FAIRUZIA
D-IV Keperawatan Malang
sinna.fairuzia@gmail.com

Menurut Depkes (2010), salah satu dari 3 pilar utama menuju Indonesia sehat adalah perilaku sehat. Perilaku sehat merupakan perilaku pro aktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi dari ancaman penyakit. Secara konkrit perilaku sehat tersebut dapat berupa budaya untuk berperilaku hidup bersih dan sehat. Salah satunya adalah Hand Hygiene.
Hand hygiene adalah suatu pedoman yang ditetapkan oleh Centers for Disease Control (CDC) (1985) untuk mencegah penyebaran dari berbagai penyakit yang dikeluarkan melalui darah di lingkungan Rumah Sakit maupun sarana pelayanan kesehatan lainnya. Hand hygiene merupakan istilah umum yang sering digunakan untuk menyatakaan kegiatan yang berkaitan membersihkan tangan. Menurut WHO (2009). Akyol (2005) mengemukakan salah satu cara mencegah kontaminasi silang dari mikroorganisme sehingga dapat menurunkan dan mencegah insiden kejadian infeksi nosokomial yaitu hand hygiene, baik itu melakukan proses cuci tangan maupun disinfektan tangan. Mencuci tangan adalah proses membuang kotoran dan debu secara mekanis dari kulit kedua belah tangan dengan memakai sabun atau air. Tujuan cuci tangan adalah untuk menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari permukaan kulit dan mengurangi jumlah mikroorganisme (Tietjen, 2003). Hand Hygiene merupakan faktor yang cukup berpengaruh terhadap pencegahan terjadinya infeksi nosokmial  di RS. Infeksi nosokomial (Hospital Acquired Infection/Nosocomial Infection) adalah infeksi yang didapat dari rumah sakit atau ketika penderita itu dirawat di rumah sakit.
Menurut World Health Organisation (WHO) menyatakan bahwa angka kejadian INOS sebesar 5% pertahun. Sedangkan di Amerika Serikat angka ini mencapai 6%. Di Indonesia INOS di rumah sakit dr. Cipto Mangunkusumo berkisar 0-14,4%. Dalam buku Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit disebutkan bahwa pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial merupakan pelayanan yang wajib diselenggarakan oleh rumah sakit. Hand hygiene merupakan cara sederhana untuk mencegah penularan infeksi di rumah sakit. Namun, dengan begitu tidak serta merta membuat presentase kepatuhan tenaga medis terhadap penerapan hand hygiene tinggi. Justru hand hygiene merupakan tindakan yang sering diabaikan oleh tenaga medis.
Kegagalan untuk melakukan kebersihan dan kesehatan tangan yang tepat dianggap sebagai sebab utama infeksi nosokomial yang menular di pelayanan kesehatan. Penyebaran mikroorganisme multiresisten dan telah diakui sebagai kontributor yang penting terhadap timbulnya wabah (Kusmiyati,2010). Selain itu, Infeksi saluran kemih (ISK) adalah salah satu infeksi nosokomial yang paling sering terjadi yaitu sekitar 40% dari seluruh infeksi nosokomial yang dapat terjadi di rumah sakit setiap tahunnya (Arisandy, 2013). Hal tersebut merupakan ancaman tersendiri bagi tenaga kesehatan. Karena dengan banyaknya kasus infeksi maka permasalahan-permasalahan dapat menjadi sebuah masalah yang besar bagi tenaga kesehatan.
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa penularan penyakit menular dari pasien ke pasien terjadi melalui tangan petugas kesehatan. Menurut Boyce, Larson menjaga kebersihan tangan dengan baik dapat mencegah penularan mikroorganisme dan menurunkan frekuensi infeksi nosokomial. Hand hygiene seharusnya menjadi perhatian bagi tenaga kesehatan. Bukan hanya pribadi namun juga sudah seharusnya mendapat perhatian dari pihak pengolah rumah sakit.
Pencegahan dan pengendalian infeksi mutlak harus dilakukan oleh perawat, dokter dan seluruh orang yang terlibat dalam perawatan pasien (Duerink dalam Fauzia & Ahsan, 2014). Cara paling efektif untuk mencegah penularan infeksi yaitu dengan hand hygiene. Hand hygiene dapat memutus rantai transmisi infeksi. Dengan hand hygiene maka indeks penularan infeksi dapat diminimalisir
Angka kepatuhan hand hygiene di Indonesia juga masih sangat rendah. Menurut penelitian Damanik (2011), didapatkan angka kepatuhan perawat dalam melakukan hand hygiene hanya sebesar 48,3%. Menurut Pratama (2015), ditemukan bahwa tingkat kepatuhan melaksanakan hand hygiene di IGD RSUD dr. Iskak Tulungagung masih sangat rendah yaitu sebesar 36%. Menurut Supriyanto (2011), didapatkan angka kepatuhan perawat dalam melakukan hand hygiene berdasarkan bangsal adalah 24,16% (Bedah), 26,09% (Anak), 25,13% (Interna), 25,9% (HCU), 26,11% (PICU), dan 25,72% (ICU)
Ada beberapa hal yang menjadi faktor penyebab hal ini terjadi yaitu kurangnya pengetahuan tentang pentingnya cuci tangan, rendahnya pengawasan praktik mencuci tangan dan kurangnya gambaran yang positif tentang cuci tangan. Faktor lain yang juga mendukung ketidaktaatan adalah kekurangan tenaga di ruangan kerja dan jenis kelamin (Hassan, 2004). Menurut Bramantya (2015:196), Berdasarkan studi literatur, beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan hand hygiene yaitu kurangnya fasilitas untuk mencuci tangan, pengetahuan petugas kesehatan yang kurang, beban kerja tinggi, rendahnya komitmen institusi untuk pelaksanaan Hand Hygiene yang baik.
Menurut Anietya dan Ekorini (2014), tingkat kepatuhan hand hygiene mempunyai keterkaitan yang signifikan dengan tingkat pengetahuan hand hygiene petugas kesehatan terhadap hand hygiene. Dengan demikian, sudah seharusnya instansi terkait melakukan promosi kesehatan Hand Hygiene kepada petugas kesehatan. Bukan hanya promosi kesehatan, namun juga disertai dengan fasilitas yang sesuai untuk HH. Hal tersebut ditujukan guna memberikan pengetahuan yang memumpuni untuk tenaga kesehatan, serta mengurangi terjadinya infeksi nosokomial yang dapat membuat klien menjadi lebih lama di RS yang tentu akan berpengaruh terhadap biaya yang dikeluarkan klien tersebut.
Menurut teori Lawrence Green ada tiga faktor utama yang mempengaruhi setiap individu dalam melakukan sebuah perilaku dalam hal ini perilaku hand hygiene yaitu faktor pendorong (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai, persepsi. Faktor penguat (reinforcing factor) yang terwujud dalam supervisi, peran kader, tokoh agama, tokoh masyarakat. Faktor pemungkin (enabling factor), yang terwujud dalam sarana dan prasarana, sumber daya, kebijakan, pelatihan (Sutiyono dkk, 2014).
Berbagai penelitian dan konsep teori di temukan berbagai faktor yang mempengaruhi pelaksanaan cuci tangan lima momen antara lain adalah supervisi atau pengawasan, pengetahuan, pendidikan, kepemimpinan, fasilitas atau infrastruktur, motivasi, pengalaman dan pelatihan (Kurniadi, 2013). Menurut  Kennedy et al (2007) menyatakan supervisi klinis untuk memastikan kualitas pelayanan akan meningkatkan upaya keselamatan pasien.
Perawat yang mendapatkan supervisi cenderung patuh dibandingkan perawat yang tidak mendapatkan supervisi. Supervisi merupakan bagian dari fungsi directing (pergerakan/pengarahan) dalam fungsi manajemen yang berperan mempertahankan agar segala kegiatan yang telah diprogramkan dapat dilaksanakan dengan benar dan lancar (Sitohang, 2016)
Cuci tangan harus selalu dilakukan dengan benar sebelum dan sesudah melakukan tindakan perawatan walaupun memakai sarung tangan atau alat pelindung lain untuk menghilangkan atau mengurangi mikroorganisme yang ada ditangan sehingga penyebaran penyakit dapat dikurangi dan lingkungan terjaga dari infeksi. Cuci tangan tidak dapat digantikan oleh pemakaian sarung tangan (Nursalam, 2010).



DAFTAR RUJUKAN

Damanik, S. M. (2012). Kepatuhan Hand Hygiene di Rumah Sakit Immanuel Bandung. Students e-Journal1(1), 29.
Ernawati, E., Rachmi, A. T., & Wiyanto, S. (2014). Penerapan Hand Hygiene Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit. Jurnal Kedokteran Brawijaya28(1), 89-94.
Fauzia, N., Ansyori, A., & Hariyanto, T. (2014). Kepatuhan Standar Prosedur Operasional Hand Hygiene pada Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit. Jurnal Kedokteran Brawijaya, 28(1), 95-98.
Handiyani, Hanny., Fauzia, Sarah. 2014. Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Kebersihan Tangan pada Pengunjung Rumah Sakit. Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia
HUSADA, S. T. I. K. K. TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG CUCI TANGAN PAKAI SABUN DI SMP N 2.
Indri, P. (2016). Hubungan Faktor Perilaku dengan Pelaksanaan Langkah-langkah Hand Hygiene Perawat Di Ruang Rawat Inap RSUD dr. Rasidin Padang Tahun 2016 (Doctoral dissertation, Universitas Andalas).
Khoiruddin, K., Kirnantoro, K., & Sutanta, S. (2015). Tingkat Pengetahuan Berhubungan dengan Sikap Cuci Tangan Bersih Pakai Sabun Sebelum dan Setelah Makan pada Siswa SDN Ngebel Tamantirta, Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia3(3), 176-180.
MEIDA, E. A. (2016). PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN HAND HYGIENE TERHADAP KEPATUHAN PROSEDUR 6 LANGKAH HAND HYGIENE PADA KELUARGA PASIEN DI ICU RSUD PROF DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO(Doctoral dissertation, UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO).
Nugraheni, R., & Winarni, S. (2012). Infeksi Nosokomial di RSUD Setjonegoro Kabupaten Wonosobo. Media Kesehatan Masyarakat Indonesia11(1), 94-100.
Ponco, S. H., & Faridah, V. N. (2016). Penerapan Supervisi Klinis Kepala Ruang Untuk Meningkatkan Pelaksanaan Cuci Tangan Lima Momen Perawat Pelaksana RSUD Bojonegoro.
Pratama, B. S., Koeswo, M., & Rokhmad, K. (2015). Faktor Determinan Kepatuhan Pelaksanaan Hand Hygiene pada Perawat IGD RSUD dr. Iskak Tulungagung. Jurnal Kedokteran Brawijaya28(2), 195-199.
Ritonga, E. P. (2018). PELAKSANAAN FIVE MOMENT HAND HYGIENE DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT SWASTA KOTA MEDAN. Jurnal Ilmiah Keperawatan Imelda3(2).
Waney, M. P., Kandou, G. D., & Panelewen, J. (2016). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penerapan Hand Hygiene di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Tingkat III RW Mongisidi Manado. Community Health1(3).
Widyanita, A., & Listiowati, E. (2014). Hubungan Tingkat Pengetahuan Hand Hygiene dengan Kepatuhan Pelaksanaan Hand Hygiene pada Peserta Program Pendidikan Profesi Dokter.

Wulandari, W. (2010). Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Pencegahan Infeksi Nosokomial dengan Perilaku Cuci Tangan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Lunturnya Kebanggaan Generasi Muda Terhadap Bahasa Indonesia

Tentu generasi millennial sering mendengar kata bahasa, terlebih jika itu bahasa Indonesia yang digunakan dalam berkomunikasi dengan orang-orang sekitar. Namun, apa sih makna sebenarnya bahasa itu? Menurut Wikipedia, “bahasa adalah kemampuan yang dimiliki manusia untuk berkomunikasi dengan orang lainnya.” Dengan demikian bahasa menjadi hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan bermasyarakat. Dalam bermasyarakat, berkomunikasi, dan pada jenjang pendidikan pun juga bahasa menjadi faktor yang sangat penting. 
Bagaimana dengan bahasa Indonesia? Bahasa yang menjadi identitas dari Negara ini? Sudahkah generasi pemuda Indonesia tahu dan memahami tentang Bahasa Indonesia? Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 oktober 2018, sekaligus bertepatan dengan lahirnya Sumpah Pemuda. Pencetus gagasan nama “Bahasa Indonesia” adalah Bpk Moh. Tabrani Soerjowitjitro pada 2 Mei 1926. Kemudian Prof. Mohammad Yamin mengusulkan Bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi Negara.
Awalnya Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Setelah kemerdekaan RI bahasa itu digunakan di Indonesia maka bahasa tersebut harus disebut bahasa Indonesia bukan bahasa Melayu. Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang penting yaitu pada sumpah pemuda kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional (bahasa persatuan). Bahasa Indonesia juga telah ditetapkan sebagai bahasa Negara dalam UUD 1945.
Fungsi dari bahasa Indonesia adalah untuk mempersatukan masyarakat Indonesia yang multicultural dan mempunyai dialek yang berbeda-beda. Dengan bahasa Indonesia, masyarakat dari berbagai daerah mampu memahami apa yang dikatakan masyarakat dari daerah lain. 
Bahasa Indonesia tentu mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. terdapat 45 negara di dunia yang menerapkan mata pelajaran bahasa Indonesia satu kali dalam seminggu, Belanda misalnya. Selain itu, di  Negara lain terdapat beberapa Universitas yang membuka kelas bahasa Indonesia. Hingga saat ini bahasa Indonesia terus mengalami perkembangan yang cukup pesat.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi yang wajib digunakan dalam lembaga kenegaraan ataupun lembaga pendidikan. Namun, pada saat ini penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar mulai dianggap sepele. Terlebih, persepsi masyarakat dalam menggunakan bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya dipandang lebih tinggi dan lebih membuat seseorang terlihat cerdas. Kebanggan terhadap penggunaan bahasa Indonesia kini sudah mulai luntur. Banyaknya bermunculan sekolah standar Internasional juga turut andil dalam hal ini, dikarenakan siswa dan seluruh pengajar bahkan staf juga diwajibkan menggunakan bahasa Inggris dan saat ini juga banyak sekali gedung-gedung tinggi, tempat perbelanjaan, bahkan tempat wisata yang menggunakan nama asing. Berkembangnya teknologi juga menjadi penyebab dalam krisisnya kebanggaan pemuda terhadap bahasa Indonesia.
Dari contoh di atas, generasi saat iini mampu menginstropeksi diri. Apakah kita sudah benar dalam merealisasikan kecintaan terhadap bangsa Indonesia? Kita harus mempunyai animo yang besar dalam mencintai dan menggunakan bahasa Indonesia. Terlebih para pemuda yang akan menjadi pemimpin di tahun-tahun yang akan datang. Mencintai dan bangga terhadap bahasa Indonesia dapat dilakukan dengan cara menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, sesuai dengan EYD. Karena telah disebutkan dalam sumpah pemuda “Berbahasa satu bahasa Indonesia”. Dengan mencintai bahasa Indonesia kita bisa menjadi pribadi yang nasionalisme.

Sabtu, 31 Maret 2018

Dariku untuk Kamu


Hollaaa!! Happy weekend gengs..

Oke pertama-tama, aku ingin menyampaikan terimakasih sebesar-besarnya untuk teman-teman yang telah bersedia membaca tulisanku selama ini (mulai dari blog lama - blog yang sekarang). Entah selama ini bermanfaat dan readers merasa terwakili isi hatinya atau tidak (hehe).menurutku menulis itu udah jadi passion. Dengan menulis aku bisa menjadi seseorang yang sangat terbuka (menurut aku), dengan menulis aku bisa mengabadikan hal-hal indah dalam tualang panjangku, dan alasan lainnya adalah dengan menulis aku ingin berbagi kebahagian begitu pula ketika aku sedih bukan kesedihan yang ingin aku bagikan, melainkan menulis adalah caraku mengobati kesedihan itu. And specially, aku ingin berterima kasih kepada seorang temanku yang selalu mengapresiasi tulisan-tulisanku dan menanyakan atau sering minta aku rajin upload blog (hehe) semoga Allah membalas dengan kelancaran UN-mengejar PTN (aamiin).

Kedua, aku ingin berterima kasih kepada beberapa orang yang pernah aku jadikan alasan untuk menulis, yang aku jadikan tokoh, topic di tulisan-tulisan aku. Entah kalian membaca atau tidak. Entah kalian bersedia dijadikan tokoh atau justru sebenarnya kalian risih (Tapi Alhamdulillah sampai sekarang gak ada yang suruh hapus tulisan aku dan semoga jangan hehe). Lewat tulisan kali ini aku juga ingin meminta maaf, kalau kalian (para tokoh-tokoh) merasa tidak nyaman. Map yaaak.. (kok serasa lebaran ya hmm).

Dan yang terakhir, aku pingin ngasih tau aja (kalau gamau ya udah gapapa). Tapi kalau bisa ya harus mau sih (ehe). Emm, untuk tulisan aku yang #CeritaTentangBulandanBintang masih belum bisa lanjutin. Insyaallah part selanjutnya langsung ending aja hehe (karena beberapa hal memang harus diakhiri). Dan aku juga ada niatan di blog aku nantinya, bukan Cuma cerita ala-ala, penuh bumbu asmara tapi insyaallah aku bakal nulis tentang beberapa hal yang ingin aku bagikan (yaiyalah), ya misalnya resep makanan mungkin (karena lagi suka masak), tentang beberapa opini aku, tentang travelling, tentang lagu yang aku suka, atau juga membahas buku-buku yang udah aku baca.

Sebenernya, kalau kalian baca tulisan dari awal banget pasti aku pernah nulis liburan di #Bali(2015)..kurang lebih seperti itu lah ya. Ya biar gak asmara terus gitu. Masih capek sama yang gituan (hehe ga deng). Yagitu deh. gitu aja. Ini tulisan masih sangat amatir, dan perlu dikembangkan. So, aku sangat menunggu kritikan dari kalian yaa.. atau kalau mau aku nulis tentang sesuatu apa gitu silahkan komen aja , wa, atau apalah.. Aku akan sangat senang sekali. Hehe.. C’u.. ayafluu..

#15 Mei 2018# bebarapa tulisan udah dihapus yaa..termasuk cerita bulan dan bintang, maaf bangeeet udah gantung cerita berbulan-bulan dan akhirnya malah dihapus hehe. alasannya, ya setiap orang pasti berubah. begitu juga pemikirannya, dan sudah waktunya disudahi. semoga tulisan-tulisan selanjutnya bisa lebih bermanfaat :)

Sabtu, 31 Desember 2016

Memutar Sebuah Kenang



Sebelum waktu merangkak lebih cepat. Sebelum senja berganti malam. Bahkan jauh sebelum itu aku mulai mengemas rapi semua kenang. Dengan harap, saat nanti aku merindu aku tak salah kenang. Bersamaan dengan riuh arang mulai terbakar, tawa yang memecah keheningan, hujan turun malam ini. Seolah hujan ditakdirkan menemaniku mengorek luka yang mulai mengering. Banyak hal sudah terlewati di 2016 ini.

Semakin larut, memori tentangmu membuatku kembali menerawang jauh ke sana. Andai dipenghujung tahun itu aku bisa menjelaskan mungkin kita masih baik-baik saja. Andai aku pandai mengolah kata, mungkin juga tidak akan terjadi kesalah pahaman yang berkarat.

Kalau saja jiwa kita bisa bertukar, kita akan saling paham apa yang kita rasa. Mengenai seberapa penting status bagimu. Juga bagaimana rasa takutku dikecewakan. Karena bagiku dikecewakan saat gila akan cinta adalah hal yang paling menyakitkan. Sedangkan bagimu, status berperan penting untuk berkomitmen.

Tak dapat dipungkiri. Saat kita bersama adalah hal yang dapat membuatku nyaman. Namun sejak rasa kecewa yang kupunya, aku tak pernah berani untuk bangkit dan kembali menjatuhkan hati. Seolah aku terlihat sedang bermain dengan rasamu. Saat mengenang seperti ini, aku merasa bodoh telah meragukan orang sepertimu. Yang bahkan lebih banyak tahu bagaimana aku daripada diriku sendiri.

Kalau saja aku dapat memutar waktu, aku ingin mengulang waktu agar saat itu kita tidak bertemu. Agar dirimu tak usah repot membantuku menyembuhkan luka. Agar kamu tak merasakan lara sepertiku. Agar kamu tak perlu repot menyelipkan doaku di dalam doamu. Agar hatimu tak ikut sesak saat aku mengenang hariku bersamanya yang semakin pudar.

Aku tak menyalahkanmu jika keputusanmu pergi dari sisiku. Memang orang mana yang mampu bertahan kebaikannya dibalas air tubah. Setelah kepergianmu, ada yang berubah drastis. Tak ada lagi yang bisa kuandalkan saat isi kepalaku sesak oleh kenang menusuk dari segala sisi. Tak pernah lagi kurasakan nyaman yang kamu beri. Tak ada lagi tawa renyahmu yang membuatku ikut tertawa meski candaanmu garing.

Terakhir aku melihat mata nanar mu di balkon perpustakaan umum bersamaan gerimis yang kembali jatuh pertengahan Januari 2015. Dan saat itu kau seoalah tak melihatku. Beberapa detik setelah punggungmu menghilang dari pandang, aku menyadari ada hal lain yang tak kalah menyakitkan dari dikecewakan. Yaitu dua orang yang pernah saling mengenal berhenti untuk saling menyapa. Dan saat itu juga aku sadar, kamu telah berhasil membuat dirimu sebagai candu.

Lima bulan berlalu. Dalam waktu itu pula aku menyembuhkan semua lara yang tersisa. Sendiri. Aku juga masih ingat. Sore itu memberanikan diri membuat janji denganmu untuk bertemu, dengan tujuan memperbaiki semuanya. Mempersiapkan diri untuk kemungkinan yang terjadi nanti. Dan tanpa aku sadari aku tak menyiapkan kemungkinan terburuk dari yang terburuk.

 Saat aku baru menginjakkan kaki di teras warung mang Udin, gerimis mulai membasahi kotaku. Entah kenapa, sering kali saat kita bertemu hujan turun. Lagi dan lagi. Mungkin itu pertanda dari Tuhan tentang kita. Bersamaan itu aku menemukan senyum yang kau buat seindah mungkin. Kamu berdiri lalu kita berjabat tangan. Kala itu aku tak peduli sekitar kita. Aku terlalu fokus pada setiap gerikmu yang amat bahagia. Kau bercerita ini itu dengan bangga sampai hal yang yang tak pernah aku persiapkan terjadi.

Kamu mengenalkan wanita yang duduk di sisi kirimu. Aku masih ingat caramu mengenalkanku. “Oh iya, aku sampe lupa, saking lama kita gak ketemu. Kenalin ini Citra. Pacarku.” Senyummu kembali melengkung semakin indah. Dan aku menjabat tangan kekasihmu dengan segenap harapan yang sama sekali tidak tersisa.

Kini, kamu masih bersamanya. Melewati banyak hal yang lebih indah dari apa yang pernah kita lewati. Doa yang pernah aku minta sudah terwujud. Melihat dirimu bahagia bersama orang yang bisa member apa yang kau ingin. Sedangkan doamu untuk ku masih belum terwujud. Aku masih terus mengobati luka yang kembali robek di tempat yang sama. Sudah kucukupi saja proses pengabadian ini di sini. Dan ada hal yang aku pahami. Bahwa bertahan sendirian dalam kenang bukanlah hal yang bisa terus dinikmati.

Jumat, 05 Agustus 2016

Hitam Putih Negeri

Kutemukan Negara yang mulai miskin moral

Fantasi kekayaan tikus-tikus pemerintahan
Lambat laun moral bangsa terkikis, kebodohan memuncak, kemiskinan merajalela
Krisis kepercayaan kepemimpinan membludak
Seakan negeri tak lagi punya panutan
Di tengah intregritas bangsa tergadai. Maraknya provokasi
Pencitraan yang lebih nyaring dari kenyataan
Bagai dewa dan hamba. Bagai bumi dan langit
Tanah air kian jauh dari merdeka
Kita sedang berperang. Kita sedang dijajah
Kepala tanpa helm baja,
Tangan tanpa pedang panjang.
Moral dan iman tameng pertahanan
Anak-anak bermoral menentang kesengsaraan
Ribuan air mata membuncah. Akal kusut
Bersama kelicikan, kita berada dalam baying suram
Hanya di Negara lintah
Negara dijadikan ladang perebutan uang perkaya diri
Hukum tajam ke bawah. Tumpul ke atas
Bumi ini butuh kepemimpinan hukum.
Bukan berpemimpin uang
Andai pemimpinku lebih tegas
Tidak akan hidup tikus-tikus berdasi
Andai aku memegang tanah air ini
Tercapailah keadilan, ketentraman bumi pertiwi
Generasi muda tunjukan jiwa patriotisme
Sampai martabat bangsa kembali di pundak
Sertakan merah putih hati generasi
Semaikan benih sejarah bekal cinta tanah air
Kelak kita tak terjebak dalam kubang mendung
Matahari tersenyum, pahlawan tersenyum
Melihat darahnya tak terbuang sia-sia

Oleh Sinna Sherina F

Jumat, 15 Juli 2016

LAGI INGIN

Hari ini aku banyak inginnya. Aku lagi ingin ini itu. Dengar, aku kemaren bertemu Cinta dan Rangga. Katanya "Sudah berapa purnama, Gunung tak pulang?". Kamu percaya? Jangan aku ingin bercanda. Lalu aku pulang. Kamu tau aku pulang ke mana? Iya, kamu betul. Aku pulang ke kayangan. Baru sepuluh langkah ke belakang aku di hentikan pria. Katanya "Aku bisa mengabulkan satu permintaan" Kamu tau? Tidak kan? Tapi akan ku kasih tau. Aku minta kamu diterbangkan ke kayangan. Bersamaku. Tapi aku berubah pikiran. Kalau kamu ke kayangan, kamu akan lebih banyak mau. Tapi terlalu banyak yang tak mau kamu di kayangan. Hanya aku yang mau. Tapi aku tak membuang kesempatan itu sia-sia. Aku minta permintaanku yang kali ini benar di kabulkan. Meskipun jika nanti akan lain pikiran. Kali ini dia yang tak ingin. Katanya, ingin ku terlalu banyak. Padahal kau tahu, Gunung? Aku hanya ingin satu. Satu sajaa. Aku ingin semua inginku dikabulkan. Hahaha. Cuma satu kan? Ah dia bohong tak bisa kabulkan inginku meski hanya satu. Karena dia tak ingin aku sedih dan pulang ke kayangan, dia berkata bahwa akan mengabulkan inginku sekarang- benar benar akan di kabulkan katanya. Aku bilang saja, aku ingin kau bilang saja pada Tuhan, bahwa aku sungguh ingin. Sangat sekali ingin. Masalah aku ingin apa. Kau tak perlu tahu, karena Tuhan telah tau apa yang aku ingin. Dan jangan dirubah keinginanku. Nanti kamu yang kena azab. Kata Tuhan amanat itu berat. Dan azabNya amat pedih. Lalu sekarang dia yang ingin pergi. Katanya dia akan sampaikan pada Tuhan. Dia juga berkata, inginmu satu tapi berat. Lalu dia pergi, setelah menggoyangkan pantatnya tiga kali. Aku jalan lagi. Karena aku penghuni kayangan yang tidak bisa terbang. Karena gak punya pesawat pribadi. Dan gak punya uang untuk beli tiket ke kayangan. Aku masih ada ingin. Aku ingin makan bakso. Cuma karena ingin, kalo gak ingin aku juga tak akan beli. Mending aku tabung buat beli tiket pesawat ke kayangan. Di warung bakso aku punya ingin lagi. Aku ingin dikasih gratis sama bapaknya. Tapi tidak dikasih. Mungkin karena bapaknya juga ingin dapat untung. Tiba tiba saja tanpa suara gemuruh dan dingin, awan juga punya hajat untuk menjatuhkan tumpanganya. Lalu aku dikeroyok, oleh hujan. Tapi aku tak takut. Karena aku tak punya sayap, kalo aku punya sayap aku akan takut gabisa terbang karena sayap basah. Gunung kamu tahu kan? selain aku suka kamu, aku juga suka bau hujan yang mencium tanah. Aku suka petrichor. Kamu tau itu.
Aku teringat dengan orang yang tadi akan memintakan pada Tuhan. Jika dia sudah memintakan pada Tuhan lalu Tuhan pasti mengabulkannya, tapi sampai saat ini, inginku belum datang. Malah hujan yang datang, padahal aku tak ingin. Ya, mungkin hujan ingin orang lain.
Setelah makan aku keluar dari tempat itu. Bukan karena ingin, tapi lebih kepada tak enak hati karena banyak yang antre. Aku tetap jalan meski basah kuyup meski di kata edan. Tapi aku tak bisa, karena lama lama hujan terlalu bersemangat memeluk tanah. Aku berhenti di depan tempat penepak bulu angsa berlatih karena ya itu tadi. Cukup lama aku di sana. Aku hanya bisa memandang hujan yang sangat mesra dengan tanah. Tiba tiba ada seorang laki-laki yang menurutku aku kenal. Memakai kaos hitam dengan bahu bidang yang sedang memainkan shuttlecock dengan raket. Tapi bukan raket nyamuk karena bakal rusak jika kena air. Aku ingin memanggil tapi aku tak bisa. Entah kenapa.
Tapi kamu lalu menoleh ke arahku dan menghampiriku. Ternyata benar kamu, Tuhan memang tau apa inginku. Percayalah pada Tuhan, hanya itu.
"Kamu sedang apa?" tanyamu sambil merapikan rambut karena memang ingin
"Pengen ketemu kamu."
"Kenapa engga telfon aja?"
"Aku ngga telfonpun kamu datang. Hehe"
"Kok kamu basah semua? gapapa?"
"Aku basah karena hujan ingin. Kamu juga. Aku engga papa."
"Yaudah hayu masuk aja. Dingin."
"Kamu kan ga ada latihan hari ini?"
"iya, gatau tiba tiba ingin."
"Karena tadi inginku udah disampein ke Tuhan."
"Hehe, kamu masih ada ingin?"
"Ingin hujan gak berhenti"
"kenapa?"
"Biar yang ingin gak sedih."
"Kamu memang banyak ingin."
Aku ketawa, kamu juga, hujan juga, tanah juga, Tuhan juga, yang kasih tau Tuhan juga, shuttlecock juga, raket juga. Tapi aku engga jadi pulang ke kayangan karena tiket terbangnya mahal, juga karena ingin.

Pedoman Menulis Karya Ilmiah Bebas Plagiasi

PEDOMAN MENULIS KARYA ILMIAH BEBAS PLAGIASI SINNA SHERINA FAIRUZIA D-IV Keperawatan Malang sinna.fairuzia@gmail.com Karya ilmiah ...